
Jumat, 9 Mei 2025, Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang menyelenggarakan kegiatan Dialog Kebangsaan dengan tema Penguatan Kampus Kebangsaan, Jaga Kampus Kita. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya membangun kesadaran kolektif sivitas akademika dalam mencegah penyebaran paham radikal serta memperkuat semangat kebangsaan di lingkungan kampus.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Mayjen TNI Sudaryanto, S.E., M.Han., Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT RI. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa meskipun tren radikalisme secara nasional tidak mengalami peningkatan signifikan dalam dua tahun terakhir, Indonesia masih berada dalam kategori rentan sedang. Paham radikal masih eksis, meskipun tidak selalu tampak di permukaan. Kelompok yang paling rentan terpapar adalah perempuan, anak-anak, dan remaja. Karena itu, kampus memiliki peran strategis dalam membangun ketahanan ideologis, melalui kebijakan akademik, integrasi nilai-nilai moderasi dalam kurikulum, dan pembelajaran yang inklusif.
Mewakili Rektor, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembangaan UIN Imam Bonjol Padang menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus memiliki kesadaran kebhinekaan dan semangat toleransi. Indonesia adalah negara dengan tingkat keberagaman yang luar biasa (mega-diversity), yang merupakan anugerah Tuhan yang harus diterima dan dikelola dengan bijak. Mahasiswa didorong untuk tidak hanya terpaku pada satu sumber pemikiran, tetapi membuka diri terhadap berbagai referensi guna membentuk sikap intelektual yang sehat dan moderat. Meskipun UIN Imam Bonjol Padang telah aktif dalam gerakan moderasi beragama di kalangan dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa, potensi penyusupan ideologi radikal, khususnya melalui media sosial, tetap perlu diwaspadai.

Salah satu narasumber utama dalam kegiatan ini adalah Yudi Zulfahri, aktivis dari Aceh yang kini menjadi mitra BNPT. Dalam paparannya, Yudi menjelaskan bahwa terorisme memiliki dua unsur utama: ideologi dan kekerasan. Pelaku teror meyakini bahwa kekerasan adalah bagian dari ideologi mereka, bahkan menganggap tindakan seperti membunuh orang yang sedang beribadah sebagai sesuatu yang layak dihargai. Yudi juga berbagi pengalaman pribadinya sewaktu menjadi mahasiswa. Berawal dari keinginan untuk berhijrah dan menjadi pribadi yang lebih baik. Ia mengikuti pengajian resmi di kampus, yang ternyata membentuk pola pikir sempit dan eksklusif. Pengajian tersebut hanya mengajarkan satu penafsiran agama sebagai satu-satunya kebenaran, yang tanpa disadari membawanya masuk ke dalam jaringan pemikiran radikal. Menurutnya, akar persoalan terletak pada cara berpikir yang tertutup dan hanya bergantung pada satu sumber pengetahuan. Ia menegaskan bahwa selama seseorang berpikir terbuka dan kritis, maka peluang terpapar paham ekstrem bisa diminimalkan.
Kegiatan ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain Adil Mubarok, S.I.P., M.Si., Ketua FKPT Sumatera Barat, dan Kolonel (SUS) Dr. Hariyanto, M.Pd., Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat BNPT. Para narasumber menyampaikan materi yang menggugah kesadaran tentang pentingnya menjaga kampus sebagai ruang aman dari paparan ideologi kekerasan dan ekstremisme. Kampus harus menjadi benteng nilai-nilai kebangsaan serta pusat penyebaran semangat damai.
Kegiatan ini mendapat sambutan antusias dari peserta. Hadir dalam acara tersebut Wakil Direktur Pascasarjana, Wakil Dekan, Dosen, Tenaga Pendidik serta mahasiswa-mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang. UIN Imam Bonjol Padang menjadi kampus pertama yang dipilih oleh BNPT RI untuk memulai program pencegahan terorisme di tahun 2025. Hal ini menunjukkan kepercayaan terhadap peran strategis kampus ini sebagai pelopor pengarusutamaan moderasi beragama dan penguatan nilai-nilai kebangsaan dalam pendidikan tinggi Islam.