
Mahasiswa Magister Sejarah Peradaban Islam Menjadi Presenter di Konferensi Internasional di Malaysia
Ipoh, Perak – Malaysia — Dua orang mahasiswa Program Magister Sejarah Peradaban Islam berhasil mengharumkan nama institusi dalam forum ilmiah internasional. Mereka terpilih menjadi presenter pada “2nd International Conference on Islamic Civilization” yang diselenggarakan Universitas Teknologi Mara di Ipoh, Perak, Malaysia, pada 29-30 Mei 2025
Kedua mahasiswa tersebut adalah Mona Aprilia dan Halimah yang berasal dari Prodi Magister Sejarah Peradaban Islam. Dalam forum bergengsi ini, mereka mempresentasikan hasil riset mereka yang berfokus pada kajian sejarah dan dinamika peradaban Islam dalam perspektif multidisipliner.
Mona Aprilia memaparkan makalah berjudul “ Menangkal Wabah : Tindakan Masyarakat lokal dan pemerintah Kolonial dalam menghadapi wabah penyakit di Palembang 1821-1942” yang mengulas tentang bagaimana dinamika respons masyarakat lokal dan pemerintah kolonial terhadap berbagai wabah penyakit yang melanda Palembang sejak awal abad ke-19 hingga masa pendudukan Jepang. Dengan menggabungkan sumber-sumber kolonial seperti laporan kesehatan dan arsip pemerintahan Hindia Belanda, serta sumber lokal berupa tradisi lisan, naskah Melayu, dan catatan masyarakat, penelitian ini menyajikan gambaran menyeluruh mengenai strategi penanggulangan wabah, benturan perspektif medis dan budaya, serta perubahan kebijakan kesehatan publik di wilayah tersebut. Kajian ini juga menyoroti peran kearifan lokal dalam bertahan di tengah krisis, sekaligus mengkritisi praktik kekuasaan kolonial yang seringkali berwatak diskriminatif dalam menangani kesehatan masyarakat., Halimah, menyampaikan hasil penelitiannya yang berjudul “Jaringan Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Di Dunia Melayu” yang menyoroti peran penting Syeikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi sebagai tokoh ulama transnasional asal Minangkabau yang berpengaruh besar dalam membentuk jaringan keilmuan Islam di kawasan Dunia Melayu pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Melalui kajian sejarah berbasis sumber primer—termasuk surat menyurat, biografi ulama, dan karya tulis Syeikh Ahmad Khatib—penelitian ini mengungkap bagaimana pemikirannya tersebar luas melalui murid-muridnya di Indonesia, Malaysia, Singapura, hingga Brunei. Jaringan ini tidak hanya memperkuat hubungan intelektual antara Makkah dan Dunia Melayu, tetapi juga membentuk fondasi penting dalam perkembangan wacana keislaman, pendidikan agama, dan perlawanan kultural terhadap kolonialisme di kawasan tersebut.


Kehadiran mereka di forum ilmiah internasional ini tidak hanya menunjukkan kapasitas akademik mahasiswa Indonesia di kancah global, tetapi juga membuktikan bahwa kajian sejarah peradaban Islam masih relevan dan terus berkembang sebagai bagian penting dalam memahami masa lalu dan membangun masa depan.
Konferensi yang dihadiri oleh akademisi, peneliti, dan praktisi dari berbagai negara ini menjadi wadah penting dalam pertukaran pengetahuan dan hasil riset terkini seputar peradaban Islam dari beragam perspektif: sejarah, budaya, pendidikan, hingga tantangan kontemporer.
Dengan partisipasi ini, diharapkan semangat dan kualitas penelitian mahasiswa dalam bidang Sejarah Peradaban Islam semakin meningkat, serta mampu mendorong lahirnya kajian-kajian yang berdampak secara ilmiah maupun sosial di tingkat global.